Nasi Jamblang Adalah Makanan Khas Dari
Asal Usul Nasi Jamblang Khas Cirebon
Kota Cirebon dikenal dengan keberagaman kuliner khasnya yang menjadi daya tarik bagi para pengunjung. Salah satu hidangan yang patut dicoba adalah Sega Jamblang atau yang lebih dikenal sebagai nasi Jamblang. Kuliner ini dapat ditemukan di sepanjang jalan Pantura Cirebon, bahkan hingga di pusat Kota Cirebon, baik dalam bentuk restoran maupun tenda di pinggir jalan. Ciri khas dari kuliner tradisional ini terletak pada penggunaan daun jati untuk membungkus nasi, memberikan tekstur nasi yang lezat. Satu porsi nasi biasanya setara dengan satu kepal tangan, dan ukurannya yang kecil membuat pengalaman makan menjadi lebih unik. Untuk menikmatinya, biasanya setidaknya dua bungkus nasi diperlukan, sementara aneka lauk disajikan secara prasmanan.
Nasi jamblang adalah makanan khas Cirebon berupa nasi dibungkus daun jati, disajikan secara prasmanan dengan beragam lauk pauk.
Soal kelezatan, sepertinya tidak diragukan lagi, nasi yang dibungkus daun jati ini sudah menjadi rujukan kuliner bila wisatawan berkunjung ke Cirebon.
Nasi jamblang, makanan khas dari daerah Cirebon, Jawa Barat, adalah hidangan yang memikat dengan cita rasa dan tradisi yang kaya.
Namun dari semua itu, sangat sedikit warga Cirebon yang mengetahui bahwa ternyata nasi jamblang ini diciptakan oleh seorang keturunan China, lho.
Yuk, ketahui lebih lanjut mengenai nasi jamblang di bawah ini!
Baca Juga: 8 Makanan Khas Papua yang Unik dan Lezat, Coba Yuk, Moms!
Sejarah Nasi Jamblang
Foto: Nasi Jamblang (Pinterest.com)
Seperti halnya makanan khas Cirebon lainnya, nasi jamblang juga memiliki unsur sejarah yang mengakar di hati penduduk setempat.
Nasi jamblang sudah ada sejak era kolonial Belanda.
Awal mula sejarahnya, Belanda membangun tiga pabrik di kawasan Cirebon.
Pabrik gula di wilayah Gempol Palimanan dan Plumbon, serta Pabrik Spirtus di Palimanan.
Berdirinya pabrik-pabrik tersebut banyak menyerap tenaga kerja dari wilayah sekitar dan wilayah lainnya.
Para buruh yang rumahnya jauh seperti dari Sindangjaya, Cisaat, Cimara, Cidahu, Cinaru, Bobos, dan Lokong harus berangkat di pagi buta dengan berjalan kaki.
Para buruh tersebut kesulitan mencari makan untuk sarapan karena pada saat itu belum berdiri warung-warung nasi.
Masyarakat zaman dulu menganggap menjual nasi merupakan suatu hal yang dilarang atau pamali.
Ini dapat dimaklumi karena peredaran uang kala itu masih sedikit.
Karena iba, seorang pengusaha pribumi asal Jamblang, H. Abdul Latief meminta istrinya Tan Piauw Lun atau akrab disapa Nyonya Pulung untuk menyediakan sedekah makanan berupa nasi dan lauk pauk secukupnya.
Nasi itu dibungkus daun jati dan diberikan kepada buruh pabrik.
Berita pemberian sedekah dari Nyonya Pulung rupanya menyebar dengan cepat.
Permintaan sarapan bagi buruh pun semakin bertambah banyak.
Para buruh menyadari apa yang mereka makan merupakan sesuatu yang harus dibeli.
Untuk mengganti apa yang dimakan, para buruh bersepakat memberikan uang alakadarnya kepada Nyonya Pulung.
Kegiatan itu menjadi cikal bakal usaha warung nasi jamblang Nyonya Pulung.
Pada saat itu, lauk pauk nasi jamblang yang diperuntukkan bagi para buruh hanya ada tujuh macam, yaitu:
Saat ini warung Jamblang nyonya Pulung berganti nama menjadi Nasi Jamblang Tulen.
Kini bisnis turun temurun ini tetap dikelola dan berdiri dengan kesederhanaan dari generasi ke generasi dan menyebar ke seluruh Kota Kabupaten Cirebon.
Baca Juga: 15 Makanan Khas NTT, Ada Catemak Jagung hingga Sei Sapi
Nasi Jamblang, kuliner legendaris khas Cirebon, Jawa Barat (Foto: Instagram/@toekangmakan)
NASI jamblang merupakan sajian nasi lengkap khas Cirebon, Jawa Barat. Hidangan ini biasanya berupa nasi putih yang dibungkus dengan daun.
Masyarakat Cirebon biasanya menyebutnya sega jamblang. Sajian ini tidak hanya populer di Cirebon saja, untuk berbagai kawasan di Jawa Tengah dan sekitarnya juga terkenal dengan nama sego jamblang.
Mengulik asal-usulnya, nasi jamblang berasal dari desa sebelah barat Kabupaten Cirebon, yang merupakan desa asal pedagang yang mempopulerkan kuliner ini. Nasi jamblang muncul sekitar tahun 1847.
Kala itu, pemerintah kolonial Belanda sedang membangun tiga pabrik, yakni dua pabrik tebu di Plumbon dan Gempol, serta satu pabrik spiritus di Palimanan.
(Foto: Instagram/@jamblangmbakdiyani)
Berdirinya pabrik-pabrik tersebut banyak menyerap tenaga kerja dari berbagai wilayah. Para pekerja yang rumahnya jauh seperti dari Sindang Jaya, Cisaat, Cimara, Cidahu, Cinaru, Bobos, dan Lokong harus berangkat kerja sejak pagi buta dengan berjalan kaki.
Para buruh pabrik tersebut pun kesulitan mencari makan untuk sarapan karena pada saat itu belum ada warung-warung nasi seperti sekarang.
Hal itu dikarenakan masyarakat zaman dulu menganggap menjual nasi merupakan suatu hal yang dilarang atau pamali.
Lantaran merasa kasihan, seorang pengusaha asal Jamblang, H. Abdul Latief meminta istrinya Tan Piauw Lun atau alias Nyonya Pulung untuk menyediakan makanan bagi para pekerja berupa nasi dan lauk pauk secukupnya. Kemudian nasi tersebut dibungkus daun jati dan disajikan kepada pekerja pabrik. Jadilah makanan tersebut dinamakan nasi jamblang.
Meski namanya nasi jamblang, tapi hidangan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan pohon atau buah jamblang. Justru yang menjadi ciri khasnya adalah nasi yang dibungkus dengan daun jati.
Pasalnya, jika nasi dibungkus dengan daun pisang tidak dapat bertahan lama. Namun, dari itu nasi yang bungkus dengan daun jati ini, nasi bisa bertahan lama dan tetap terasa pulen.
Hal tersebut dikarenakan, daun jati memiliki pori-pori yang dapat membantu menjaga kualitas nasi jika disimpan dalam waktu yang cukup lama.
(Foto: Instagram/@andresanugraha)
Ada banyak lauk yang cocok disantap saat menikmati nasi jamblang ini. Seperti sambal, tahu goreng, tempe goreng, sate telur, sate kentang, ikan asin, semur dan masih banyak lainnya.
Nah, bila Anda ingin bernostalgia dengan nasi jamblang, langsung aja deh merapat ke Restoran Joglo Patheya-Legendary Javanese Cuisines di Jalan Kemang Utara Raya Nomor 22, Jakarta Selatan. Dijamin kerinduan Anda dengan cita rasa khas nasi jamblang akan terobati.
Di Balik Penggunaan Daun Jati
Foto: Nasi Jamblang (Istockphoto.com)
Daun jati dipilih oleh Nyonya Pulung sebagai pembungkus nasi jamblang karena daun jati bertekstur kasar dan tidak mudah sobek.
Tekstur itu membuat nasi yang sudah dibungkus tidak akan cepat basi walaupun terbungkus dalam waktu yang cukup lama.
Selain itu, para pekerja yang berasal dari wilayah Selatan Cirebon seperti Sindangjaya dan Cisaat menjadikan daun jati ini sebagai pelindung kepala di saat panas terik.
Daun jati juga digunakan sebagai pembungkus tempe di beberapa daerah.
Daun jati yang digunakan sebagai pembungkus nasi jamblang atau tempe itu miliki banyak manfaat...
Laporkan bahwa restoran sudah tutup atau info tidak akurat
Laporkan bahwa restoran sudah tutup atau info tidak akurat
Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman kuliner. Setiap daerah memiliki makanan khas yang memikat lidah dan menggugah selera. Salah satu makanan khas yang terkenal dari Cirebon adalah Nasi Jamblang. Dengan cita rasa yang khas dan unik, Nasi Jamblang menjadi incaran para wisatawan kuliner yang mengunjungi kota ini.
Nasi Jamblang adalah hidangan yang terbuat dari nasi putih yang disajikan dengan beragam lauk pauk yang menggugah selera. Salah satu ciri khas Nasi Jamblang adalah penggunaan daun jati sebagai alas untuk menyajikan nasi dan lauk-pauknya. Daun jati ini memberikan aroma yang khas pada nasi dan memberikan nuansa tradisional yang unik dalam penyajiannya.
Salah satu lauk pauk yang menjadi andalan dalam nasi jamblang adalah ayam goreng khas Cirebon. Ayam yang digunakan dalam hidangan ini dipotong menjadi beberapa bagian dan digoreng dengan bumbu yang kaya akan rempah. Rasa gurih dan renyahnya ayam goreng ini menjadi daya tarik utama dari nasi jamblang. Selain itu, terdapat juga lauk-pauk lain seperti tahu, tempe, ikan asin, sayur-sayuran, dan beragam sambal yang menambah variasi rasa dalam hidangan ini.
Nasi Jamblang memiliki sejarah yang panjang dan bermula dari kampung Jamblang, Cirebon. Konon, pada zaman dahulu, hidangan ini disajikan dalam acara hajatan atau pesta oleh masyarakat kampung. Lambat laun, hidangan ini semakin populer dan menjadi makanan khas yang terkenal di Cirebon hingga ke penjuru Indonesia. Dalam perkembangannya, Nasi Jamblang tidak hanya dijual dalam acara acara besar, tetapi juga tersedia di warung warung dan restoran di Cirebon.
Keunikan dari Nasi Jamblang tidak hanya terletak pada cita rasanya yang lezat, tetapi juga pada cara penyajiannya. Saat memesan Nasi Jamblang, pengunjung akan memilih lauk-pauk yang diinginkan, dan nasi beserta lauk pauknya akan disusun di atas daun jati. Proses ini memberikan pengalaman makan yang berbeda dan menambah daya tarik estetika dalam menikmati hidangan.
Rahasia kelezatan Nasi Jamblang terletak pada bumbu yang digunakan dalam proses memasak. Rempah rempah seperti bawang merah, bawang putih, cabai, lengkuas, kunyit, dan beragam rempah lainnya digunakan untuk menghasilkan rasa yang kaya dan menggugah selera. Bumbu ini meresap ke dalam lauk-pauk dan nasi, memberikan harmoni rasa yang memanjakan lidah. Bagi pecinta kuliner, Nasi Jamblang merupakan sajian yang tidak boleh dilewatkan saat berkunjung ke Cirebon. Kaya akan cita rasa tradisional, Nasi Jamblang merupakan perpaduan yang sempurna antara nasi, lauk pauk, dan rempah rempah yang khas.
Dalam kesimpulannya, Nasi Jamblang adalah makanan khas yang menggugah selera dari Cirebon. Dengan penggunaan daun jati sebagai alas, lauk pauk yang lezat, dan rempah rempah yang khas, hidangan ini memikat banyak orang dari berbagai penjuru. Nasi Jamblang bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Foodie Selengkapnya
TEMPO.CO, Jakarta - Kota Cirebon kaya akan kuliner yang khas bagi pengunjungnya. Salah satu yang wajib dicoba adalah Sega jamblang atau nasi Jamblang. Hidangan ini banyak dijajakan sepanjang jalan Pantura Cirebon, sampai masuk Kota Cirebon. Baik yang berbentuk restoran atau tenda di pinggir jalan.
Yang khas dari kuliner tradisional ini, nasinya dibungkus daun jati. Nasi pun jadi pulen. Satu porsi nasi umumnya satu kepal tangan. Ukurannya kecil, sehingga sekali makan minimal dua bungkus nasi. Sedangkan aneka lauk disajikan secara prasmanan.
Sejarah Nasi Jamblang
Nama jamblang uniknya tidak ada kaitan dengan buah jamblang. Melansir dari PergiKuliner, namanya diambil dari nama daerah asal pertama sang penjual.
Nasi Jamblang merupakan makanan khas dari Cirebon, Jawa Barat. Dibungkus dengan daun jati membuatnya berbeda dengan nasi campur lainnya.
Awalnya, nasi jamblang diperuntukkan untuk para buruh dan pekerja paksa pada zaman penjajahan Belanda yang sedang membangun Jalan Raya Pos dari Anyer ke arah Panarukan melewati wilayah Cirebon.
Buruh yang bekerja semakin banyak sehingga varian lauk nasi jamblang diperbanyak supaya para pekerja bisa lebih puas menyantap makanannya.
Meski lauk pauk yang bisa dipilih banyak, tapi harga jualnya terbilang sangat murah, karena pada dasarnya nasi jamblang ini diperuntukkan untuk buruh sehingga harganya dibuat lebih murah.
Daun jati digunakan supaya nasi dan lauk pauknya tidak mudah basi. Berbeda dengan daun pisang, daun jati memiliki rongga pori-pori sehingga bisa membuat nasi tetap pulen dan tahan lama.
Nasi jamblang biasanya disajikan dengan berbagai pilihan lauk pauk seperti cumi hitam, sate telur puyuh, dendeng sapi bumbu laos, semur ikan, sambal goreng telur, perkedel kentang, semur hati, ikan asin, dan lainnya.
Walaupun nasi jamblang merupakan makanan rakyat, tapi cita rasanya sangat mewah. Daun jati menciptakan aroma tersendiri yang membuat nasi jamblang jadi lebih lezat.
Pilihan Editor: Nasi Lengko, Diaduk Atau Tidak Sama Lezatnya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini