Tentara Bayaran Wagner Dari Mana

Tentara Bayaran Wagner Dari Mana

Inggris Nyatakan Kelompok Tentara Bayaran Wagner sebagai Organisasi Teroris

Rabu, 6 September 2023 - 09:04 WIB

London – Inggris akan menjadikan kelompok tentara bayaran Rusia, Grup Wagner, sebagai organisasi terlarang dan memberikan cap sebagai teroris.

Menteri Dalam Negeri Inggris, Suella Braverman mengatakan pada Selasa, 5 September 2023, bahwa Inggris berencana menjadikan Grup Wagner sebagai organisasi terlarang berdasarkan undang-undang anti-teror. Sehingga Inggris akan menempatkan Grup Wagner setara dengan ISIS dan Al-Qaeda.

“Wagner adalah organisasi yang penuh kekerasan dan destruktif yang telah bertindak sebagai alat militer Rusia di bawah pimpinan Vladimir Putin di luar negeri,” menurut pernyataan Braverman, dikutip dari Arab News, Rabu, 6 September 2023.

Siapa Yevgeny Prigozhin, bos tentara bayaran Wagner yang tewas akibat pesawat jatuh?

Sumber gambar, Getty Images

Sejak berakhirnya pemberontakan bos tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin di Rusia dua bulan lalu, selalu ada kesan bahwa sosok yang sudah lama hidup penuh risiko ini telah bertindak berlebihan.

Dengan munculnya kabar bahwa dia berada di pesawat jet pribadinya yang jatuh dalam perjalanan dari Moskow ke St Petersburg, ini menjadi akhir yang mengejutkan sekaligus tragis dari kehidupannya yang sangat bergejolak.

Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan jasa Prigozhin selama bertahun-tahun.

Namun pemberontakan gagal yang melibatkan tentara bayaran Wagner dianggap telah melampaui batas.

Putin mengutuk pemberontakan itu dan menyebutnya sebagai “pengkhianatan”. Setelahnya, tampak jelas bahwa peran Prigozhin di Rusia berakhir.

Prigozhin menghabiskan awal masa mudanya di penjara St Petersburg. Dia membangun bisnis katering yang berkembang pesat pada 1990-an. Bisnis katering itu membuatnya kaya dan mendapat perlindungan dari Putin.

Namun, petualangan Prigozhin sebagai tentara bayaran di Afrika, Suriah, dan Ukraina-lah yang menjadikannya sebagai seorang tokoh militer.

Akan tetapi dinamika kehidupannya berubah setelah Rusia menginvasi Ukraina, sehingga bekas koki presiden ini meraup kekuasaan serta kekayaan.

Laporan-laporan yang belum bisa dikonfirmasi menunjukkan bahwa pesawat Embraer Legacy milik Prigozhin terkena dua semburan api dari pertahanan udara militer.

Sumber gambar, Reuters

Kalau pesawat itu dengan sengaja dijatuhkan, tak banyak yang kaget mengingat Prigozhin memiliki banyak musuh. Dmitry Utkin, yang merupakan komandan Wagner pertama Prigozhin, juga merupakan salah satu penumpang pesawat tersebut.

Prigozhin, 62 tahun, tampaknya lolos dari hukuman atas pemberontakan singkatnya yang berujung gagal terhadap Kremlin.

Berdasarkan kesepakatan untuk mengakhiri pemberontakan, banyak tentara bayarannya dibolehkan kembali ke kamp di Belarus.

Sedangkan Prigozhin bisa pergi ke Rusia, lalu muncul di St Petersburg dengan pakaian santai selama pertemuan puncak para pemimpin Afrika di Rusia pada akhir Juli.

Videonya yang jenaka namun berbisa, yang berisi kata-kata kasar terhadap kegagalan lembaga pertahanan Rusia kemudian berakhir.

Televisi pemerintah selanjutnya menyiarkan penggerebekannya di sebuah rumah mewah di sekitar St Petersburg.

Sumber gambar, Reuters

Namun Prigozhin tidak pernah diam-diam pergi ke Belarus. Baru pada pekan ini, muncul video pidato pertamanya sejak pemberontakan yang gagal itu.

Latar belakang video itu berupa gurun, yang menunjukkan bahwa video tersebut diambil di Afrika.

Sambil mengenakan perlengkapan tempur, Prigozhin mengatakan bahwa suhu di sana mencapai 50C dan kelompok Wegner sedang merekrut tentara-tentara baru untuk menjadikan Rusia “lebih kuat di semua benua, dan Afrika bahkan lebih bebas”.

Prigozhin tampaknya kembali ke cikal bakal tentara bayaran yang dia tinggalkan beberapa tahun lalu ketika mendirikan perusahaan militer swasta Wagner, yang membantu menopang sekutu Rusia di Republik Afrika Tengah dan Suriah, dan menantang pengaruh Prancis di Mali.

Meskipun dia menyangkalnya selama bertahun-tahun, Prigozhin juga mendirikan tempat propaganda para blogger pro-Kremlin di sebuah kantor yang misterius di St Petersburg.

Sumber gambar, Getty Images

AS menyalahkan Badan Riset Internet miliknya karena memanfaatkan perang informasi untuk ikut campur dalam pemilihan presiden tahun 2016.

Pada tahun ini, Prigozhin mengakui gagasan itu: “Ide ini diciptakan untuk melindungi ruang informasi Rusia dari propaganda anti-Rusia yang kasar dan agresif dari Barat.”

Dia menghabiskan waktu selama hampir satu dekade di penjara pada era terakhir Soviet karena kasus perampokan dan penipuan.

Namun ketika Rusia baru melupakan masa lalu Sovietnya, Prigozhin beralih ke bisnis katering.

Mulanya dia menjual hotdog, lalu beralih ke kulinter yang lebih mewah, dengan membuka beberapa restoran yang lebih mewah di St Petersburg.

Putin, yang saat itu menjabat sebagai wakil wali kota, memantau perkembangan ini.

“Vladimir Putin melihat bagaimana saya membangun bisnis dari sebuah kios,” katanya beberapa tahun kemudian.

Sumber gambar, Getty Images

Setelah Putin menjadi presiden, dia menjamu para pemimpin global seperti Jacques Chirac dari Prancis di restoran milik Prigozhin.

Bisnis katering yang sedang naik daun ini kemudian dijuluki “koki Putin”.

Ketika bisnis tentara bayaran memberinya pengaruh militer dan uang, bisnis katering inilah yang mengalirkan kekayaan kepada Prigozhin hingga tahun ini.

Tidak lama setelah pemberontakan Wagner yang gagal, Putin mengungkapkan bahwa tentara Prigozhin sepenuhnya didanai sebesar US$1 miliar (Rp15,24 triliun) oleh negara selama 12 bulan.

Sedangkan US$1 miliar lainnya disalurkan ke perusahaan katering Concord milik Prigozhin untuk memberi makan tentara-tentaranya.

Namun, hal itu hanya terjadi dalam kurun satu tahun. Laporan menunjukkan bahwa dia telah menerima lebih dari US$18 miliar (Rp274,4 triliun) dari kontrak dengan pemerintah sejak 2014.

Propagandis Kremlin, Dmitry Kiselyov, mengatakan bahwa uang sebanyak itu telah membuat Prigozhin “melewati batas”, namun eksploitasi di medan perang yang dilakukan oleh anak buahnya yang membuatnya merasa kebal.

“Dia pikir dia bisa menantang kementerian pertahanan, negara, dan presiden secara pribadi.”

Hal ini terjadi ketika kampanye militer Rusia di Ukraina gagal tahun lalu dan pejuang Wagner pimpinan Prigozhin mempelopori kampanye berdarah untuk merebut Kota Bakhmut di wilayah timur.

Sumber gambar, Telegram

Pada September lalu, Prigozhin mengunjungi penjara-penjara di seluruh Rusia dan menawarkan narapidana kesempatan untuk meringankan hukuman mereka sebagai imbalan jika bergabung dengan Wagner.

Ribuan orang tewas dalam perjuangan merebut Bakhmut. Banyak dari mereka adalah mantan tahanan yang tidak berpengalaman dan bersenjata lengkap.

Saat pertempuran mencapai puncaknya, Prigozhin muncul di video yang beredar di media sosial sambil berdiri di antara jenazah para tentara bayaran dan meminta amunisi.

Dia menunjukkan kebenciannya pada menteri pertahanan loyalis Presiden Putin, Sergei Shoigu, dan panglima angkatan bersenjata Valery Gerasimov.

"Shoigu! Gerasimov! Di mana... amunisinya?... Mereka datang ke sini sebagai sukarelawan dan mati demi Anda untuk menggemukkan diri Anda di kantor mahoni Anda," katanya.

Prigozhin menghindari kritik langsung terhadap presiden, dan malah selalu menyalahkan komandannya.

Namun ketika para panglima militer mengumumkan rencana untuk menempatkan pasukan Wagner dan “detasemen sukarela” lainnya di bawah struktur komando utama, Prigozhin tampak tersentak.

Ketika dia bersiap meluncurkan “gerakan untuk keadilan”, dia mempertanyakan invasi besar-besaran ke Ukraina dan menuduh Menhan Shoigu bertanggung jawab atas kematian ribuan tentara Rusia.

Kremlin mengecam anggapan "histeria" bahwa pemberontakan Prigozhin telah melemahkan kekuasaan Vladimir Putin.

Setidaknya ini adalah awal dari berakhirnya pengaruh Prigozhin yang luar biasa dan berumur panjang di Rusia terhadap kepemimpinan Putin.

Pemberontakan tentara bayaran Wagner Group di Rusia berakhir setelah kesepakatan damai dengan pemerintah. Sebelumnya mereka sempat melakukan pemberontakan bersenjata dan berseteru dengan Presiden Vladimir Putin. Kini mereka telah menarik diri dari Moskow.

Wagner Group merupakan tentara bayaran Putin yang banyak terlibat dalam perang Rusia-Ukraina. Kelompok ini pertama kali berdiri pada 2014 lalu, ketika mereka mendukung pasukan separatis pro-Rusia di timur Ukraina.

Para kombatan bayaran Wagner Group kerap berada di garis depan pertempuran Ukraina dan bertaruh nyawa mereka. Bahkan, salah satu personel bisa dibunuh anggota sendiri jika kabur dari pertempuran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan risiko yang tinggi, tentara Wagner Group juga mendapat bayaran yang besar. Dilansir Middle East Eye, Rabu (28/6/2023), sebelum ada perang, tentara Wagner dibayar US$ 3.000-5.000 atau Rp 45 juta-75 juta sebulan. Setelah perang pecah di Ukraina, gaji mereka meningkat jadi US$ 10.000 atau Rp 151 juta.

Dengan gaji yang menggiurkan ini, Wagner berusaha menawarkan upah tersebut kepada para pejuang asing dari Turki, Serbia, Ceko, Polandia, Hongaria, Jerman, Kanada, Moldova, dan Amerika Latin. Para prajurit asing ini bahkan disebut ditawarkan upah yang lebih tinggi dari gaji biasanya.

Wagner juga diyakini sering menghubungi kelompok kriminal lokal di Amerika Latin dan negara-negara Eropa seperti Ceko, Moldova, dan Hongaria untuk direkrut. Wagner disebut ingin memiliki pasukan yang haus darah dan tak segan membunuh demi uang.

"Mereka biasanya akan merekrut orang-orang dengan pengalaman militer yang solid, namun invasi telah mengubah Wagner.Sekarang mereka mencoba menjangkau individu-individu yang tidak akan ragu untuk membunuh orang dan membutuhkan uang tunai," kata sumber anonim kepada Middle East Eye.

Menurut sumber, informasi perekrutan ini sendiri sudah mulai disebarkan lewat oligarki Rusia yang tinggal di Eropa dan perantara-perantara mereka yang memiliki hubungan dengan kelompok kriminal setempat. Para perantara digambarkan sebagai orang-orang yang akrab dengan pro-Rusia lokal, mantan tentara, dan organisasi kriminal.

Bos tentara bayaran Wagner Group Yevgeny Prigozhin saat memimpin pemberontakan bersenjata di Rusia, 24 Juni 2023. Foto/REUTERS/Alexander Ermochenko

telah menjadi sorotan duniasetelah melakukan kudeta militer di

yang tiba-tiba dibatalkan di tengah jalan. Ini adalah tentara bayaran yang aksinya atas nama Moskow memukau dalam perang di Ukraina.

Bos Wagner Group Yevgeny Prigozhin menyangkal aksinya pada Sabtu pekan lalu sebagai kudeta militer untuk menggulingkan pemerintah Presiden Vladimir Putin. Menurutnya, konvoi bersenjata itu hanya demo protes biasa untuk menuntut pemecatan para petinggi militer Rusia, termasuk Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan Panglima Militer Jenderal Valery Gerasimov.

VIVA Militer: Tentara bayaran PMC Wagner Group Rusia

“Sementara rezim Putin memutuskan apa yang harus dilakukan terhadap monster yang diciptakannya, aktivitas destabilisasi Wagner yang terus berlanjut hanya akan terus mendukung tujuan politik Kremlin.”

Berdasarkan Undang-Undang Terorisme tahun 2000, Menteri Dalam Negeri mempunyai wewenang untuk melarang suatu organisasi jika mereka yakin organisasi tersebut terlibat dalam terorisme.

Perintah pelarangan itu akan menjadikan kelompok tersebut sebagai tindak pidana.

“Mereka adalah teroris, jelas dan sederhana, dan perintah pelarangan ini memperjelas hal itu dalam hukum Inggris,” ujarnya.

“Wagner terlibat dalam penjarahan, penyiksaan dan pembunuhan keji."

Dia juga menambahkan, operasi kelompok itu di Ukraina, Timur Tengah dan Afrika merupakan ancaman terhadap keamanan global.

“Itulah sebabnya kami melarang organisasi teroris ini dan terus membantu Ukraina sebisa mungkin dalam perjuangannya melawan Rusia.”

Rancangan langkah-langkah untuk melarang Grup Wagner berdasarkan undang-undang tersebut akan diajukan ke Parlemen pada hari ini, 6 September 2023.

Sebelumnya, pada bulan Juli, Inggris mengumumkan sanksi terhadap 13 individu dan perusahaan yang dikatakan memiliki hubungan dengan kelompok Rusia di Afrika, dan menuduh mereka melakukan kejahatan di sana termasuk pembunuhan dan penyiksaan.

“Mereka adalah teroris, jelas dan sederhana, dan perintah pelarangan ini memperjelas hal itu dalam hukum Inggris,” ujarnya.

Bos tentara bayaran Wagner Group Yevgeny Prigozhin yang melakukan pemberontakan terhadap militer Rusia. Dia menjalankan bisnis di banyak negara yang jadi sumber uang. Foto/REUTERS

telah menjadi sorotan dunia setelah melakukan pemberontakan singkat terhadap militer Presiden Vladimir Putin akhir pekan lalu.

Bos Wagner Group Yevgeny Prigozhin mengakhiri pemberontakan setelah mencapai kesepakatan yang ditengahi Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.

Dalam kesepakatan itu, Prigozhin setuju mengakhiri pemberontakan dengan imbalan tuntutan pidananya dibatalkan oleh Moskow dan dia dibiarkan pergi ke pengasingan di Belarusia.

Setelah pemberontakan bersenjata itu berakhir, tentara Rusia menggeledah kantor Prigozhin di St Petersburg.

Dalam penggeledahan itu ditemukan kotak-kotak berisi uang tunai 4 miliar rubel atau lebih dari Rp700 miliar. Kotak-kotak berisi uang tunai itu ditemukan di dalam mobil di dekat kantor Prigozhin.

Bos Wagner, tanpa menyebutkan lokasi dirinya, mengonfirmasi bahwa uang tunai itu memang miliknya untuk menggaji para tentara swasta Wagner Group.

Jangkauan Operasi Wagner

Sejak Oktober 2015, tentara bayaran Wagner mulai dikirim ke Suriah untuk mendampingi tentara resmi Rusia yang menyokong rezim Bashar al-Assad, termasuk membantu merebut kota tua Palmyra dari grup militan Negara Islam dalam pertempuran 2016-2017. Menurut penelusuran Fontanka, diperkirakan sampai 3.000 orang Rusia terikat kontrak dengan Wagner untuk misi di negara tersebut dan 73 di antaranya tak kembali hidup-hidup.

Setelah itu misi-misi Wagner mulai bergeser ke Afrika bagian utara, termasuk di “tanduk Afrika” Sudan.

Relasi Sudan-Rusia menguat sejak 2017, tepatnya ketika diktator Omar al-Bashir (berkuasa 1993-2019) menyebut negerinya, yang selama ini terisolasi karena sanksi internasional, bisa jadi “kunci” Rusia menuju Afrika. Dilansir dari studi Mattia Caniglia dan Theodore Murphy untuk European Council on Foreign Relations, semenjak itu kedua negara menjalin kerja sama keamanan dan ekonomi, termasuk konsesi pertambangan emas yang melibatkan perusahaan-perusahaan milik si koki Putin.

Awalnya tentara Wagner hanya mengurusi situs-situs eksplorasi tambang, tapi akhirnya ikut menyokong kepentingan politik dan militer rezim al-Bashir. Masih melansir riset Caniglia dan Murphy, sampai awal 2019 atau persis sebelum al-Bashir lengser, lebih dari 500 tentara bayaran dilaporkan beroperasi di Khartoum, Port Sudan, dan Darfur Selatan.

Lingkup kerja mereka bertambah luas, dari memberikan pelatihan kepada badan intelijen dan polisi tentang cara menghadapi demonstran antipemerintah, ikut merancang kampanye disinformasi untuk melemahkan para oposan, sampai terlibat langsung dalam represi terhadap gerakan protes.

Tentara Wagner mulai terdeteksi di utara Sudan, Libya, pada April 2019. Melansir investigasi BBC, mereka bergabung dengan pasukan jenderal pemberontak Khalifa Haftar setelah sang jenderal mencoba menyerang pemerintahan transisi yang didukung PBB di Tripoli. Diperkirakan antara seribu sampai dua ribu tentara Wagner pernah berperang di sisi Jenderal Haftar di Libya antara 2019-2020.

BBC juga menerima dokumen lain tentang “daftar belanjaan” Wagner, yang sangat mungkin disuplai oleh pemerintah Rusia.

Mereka juga terlibat dalam berbagai aksi kekerasan, termasuk memasang jebakan dan ranjau darat di kawasan sipil, yang membuatnya disorot mata internasional.

Wagner juga disewa oleh Presiden Republik Afrika Tengah Faustin-Archange Touadéra sejak 2018, menurut laporan dari Crisis Group. Pada tahun itu pemerintah juga memutuskan memberikan izin tambang emas dan berlian kepada perusahaan Rusia bernama Lobaye, yang sekali lagi bisa dirunut kaitannya dengan Prigozhin.

Selama satu dekade terakhir, negara ini jatuh ke dalam konflik sipil setelah pemimpin kristiani Francoise Bozize dilengserkan oleh grup-grup pemberontak muslim. Presiden Touadéra, yang sebetulnya disokong oleh pasukan PBB, hanya bisa mengontrol sebagian kecil wilayah di sekitar ibu kota Bangui. Grup-grup milisi pemberontak menguasai daerah lain dan saling berebut sumber daya alam.

Pasukan Wagner yang jumlahnya diperkirakan mencapai dua ribu dipandang berkontribusi besar dalam membantu menumpas gerakan pemberontakan.

Namun “pencapaian” tersebut diperoleh dengan cara-cara melanggar HAM, menurut laporan yang diterima PBB sejak tahun lalu. Itu termasuk pembunuhan, penyiksaan, penghilangan paksa, sampai pemerkosaan.

Meskipun pemberontak dan tentara nasional sama-sama berpartisipasi dalam pelanggaran HAM tersebut, pihak Wagner dilaporkan punya andil dalam separuh kasus yang korbannya nyaris mencapai 500 orang. Dalam hal ini Kremlin bersikeras bahwa kontraktor-kontraktor Rusia di sana hanya sebatas memberikan pelatihan militer, bukan ikut melakukan operasi lapangan.

Tahun 2019, Wagner disewa oleh pemerintah Mozambique, negara di tenggara Afrika, untuk membantu mengatasi grup pemberontak Negara Islam cabang Afrika Tengah.

Sebelum memutuskan memakai jasa Wagner, pemerintah sempat ditawari jasa serupa dari perusahaan AS yang lebih berpengalaman. Namun akhirnya mereka memilih Wagner karena biayanya lebih murah. Di samping itu, mereka mungkin juga merasa berutang budi terhadap Rusia karena bersedia menghapus 90 persen utang dan dulu (saat masih jadi bagian Uni Soviet) ikut membantu perjuangan mereka sampai merdeka. Tanda terima kasih ini pun ditunjukkan dengan memberikan izin kepada perusahaan Rusia untuk mengekstraksi gas alam cair.

Infografik Wagner Group. tirto.id/Sabit

Sampai sekarang masih ada saja yang pemimpin Afrika yang meminta jasa Wagner. Terbaru adalah Mali, bekas koloni Prancis di Afrika barat. Perpecahan agama dan politik membuat negara ini terjerembap dalam konflik sektarian berlarut. Prancis, yang nyaris sepuluh tahun berusaha membantu mendamaikan, akhirnya lelah juga dan memutuskan menarik mundur pasukan.

Menurut laporan yang disusun Raphael Parens untuk Foreign Policy Research Institute, pemerintahan transisi Mali setuju menyewa seribu kontraktor Wagner pada akhir 2020 “untuk memberikan pelatihan [militer], perlindungan ketat, dan operasi kontraterorisme.” Kesepakatan ini diikuti dengan menerima “donasi” dari pemerintah Rusia berupa helikopter tempur dan senjata lain.

Tak hanya itu, Maxim Shugaley, kolega Prigozhin, juga melancarkan kampanye disinformasi di Mali lewat yayasan bernama Foundation for National Values Protection (FZNC). Melalui FZNC—yang kelak dijatuhi sanksi oleh Departemen Keuangan AS—Shugaley membikin survei yang hasilnya menunjukkan dukungan tinggi rakyat terhadap keberadaan Wagner. Rekayasa ini berbuah manis. Awal tahun ini, demonstran turun ke jalan merayakan kepergian tentara Perancis sembari melambaikan bendera Rusia dan foto Putin, termasuk papan bertuliskan “I LOVE WAGNER” dan “THANK YOU WAGNER”.

Berdasarkan temuan think tank CSIS, sejak 2014, tentara bayaran Rusia sudah menyebar di 19 negara Afrika dan total di 30 negara. Wagner pernah terdeteksi di Venezuela untuk melindungi Presiden Nicolás Maduro. Hari ini, seiring invasi tentara Rusia, seribu tentara Wagner dilaporkan badan intelijen Inggris telah dikerahkan ke timur Ukraina.

Tak hanya yang berkonfrontasi langsung, pihak-pihak yang berusaha mengungkap aktivitas Wagner pun hidupnya terancam.

Di Republik Afrika Tengah, tiga jurnalis Rusia yang dikabarkan tengah mengerjakan proyek dokumenter “Tentara Bayaran Rusia” yang disponsori oleh eksil musuh Kremlin, Mikhail Khodorkovsky, meninggal karena serangan mencurigakan pada 2018. Masih pada tahun yang sama, jurnalis yang sempat menelusuri kasus kematian serdadu Wagner dalam misi di Suriah, Maxim Borodin, juga meninggal setelah jatuh dari balkon apartemennya di Yekaterinburg.

Mokow/Kiev (ANTARA) - Rusia menuduh bos tentara bayaran Yevgeny Prigozhin melancarkan pemberontakan bersenjata setelah dia bersumpah akan menghukum para petinggi militer yang dituding telah membunuh 2.000 laskarnya.

Langkah ini makin memperuncing perseteruan yang kian terbuka antara Prigozhin dan para petinggi militer.

Di tengah situasi yang memanas ini, dinas keamanan Rusia (FSB) mengajukan gugatan kejahatan terhadap Prigozhin, lapor kantor berita TASS.

FSB juga meminta para personel tentara bayaran Wagner Group agar tidak mempedulikan perintah Prigozhin dan sebaliknya menangkapnya.

Wakil komandan operasi militer Rusia di Ukraina, Jenderal Sergei Surovikin, meminta petempur-petempur Wagner mematuhi Presiden Rusia Vladimit Putin, menerima komando dari para komandan militer Rusia dan kembali ke pangkalan mereka.

Dia mengatakan konflik politik bakal dimanfaatkan oleh musuh-musuh Rusia.

"Saya perintah kalian agar berhenti," kata Surovikin dengan tangan menyentuh senapan, dalam video yang diposting via Telegram.

Kebuntuan politik yang belum banyak terungkap itu tampaknya menjadi krisis domestik terbesar yang dihadapi Vladimir Putin sejak mengerahkan ribuan tentara ke Ukraina pada Februari tahun lalu.

Prigozhin yang pernah menjadi sekutu terpercaya Putin, dalam beberapa bulan terakhir tak bisa menyembunyikan perseteruan yang semakin sengit dengan para pemimpin Moskow.

Sebelumnya pada Jumat, dia kehabisan kesabaran dengan buka-bukaan menyebut alasan Rusia menyerang Ukrain didasari oleh kebohongan para petinggi militer.

Wagner Group memimpin pendudukan kota Bakhmut di Ukraina bulan lalu yang menjadi kemenangan terbesar yang dicapai Rusia dalam 10 bulan terakhir.

Prigozhin memanfaatkan keberhasilannya di medan perang untuk mengkritik para pejabat tinggi kementerian pertahanan dengan impunitas yang saat ini perlahan berkurang.

Selama berbulan-bulan, dia terang-terangan menuduh Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan panglima angkatan bersenjata Rusia Jenderal Valery Gerasimov, sebagai tidak kompeten.

Dalam serangkaian pesan audio lewat Telegram resminya larut malam, Prigozhin berkata: "Menteri pertahanan telah memerintahkan 2.000 jenazah agar disembunyikan agar tidak memperlihatkan kekalahan perang."

Dia menambahkan: "Mereka yang menghancurkan saudara-saudara kita, yang menghancurkan kehidupan puluhan ribu tentara Rusia, harus dihukum. Saya meminta agar tidak ada yang memberikan perlawanan."

"Ada 25.000 orang beserta kami dan kami akan mencari tahu mengapa kekacauan terjadi di negara ini."

Prigozhin berkilah tindakannya "bukan kudeta militer".

Dia juga menandaskan "sebagian besar militer sungguh-sungguh mendukung kami."

Sementara itu, menurut kantor berita TASS, aparat keamanan Rusia memperketat pengamanan di gedung-gedung pemerintah, fasilitas-fasilitas transportasi, dan lokasi-lokasi penting lainnya di Moskow.

Di lain pihak, Ukraina mengungkapkan serangan balasannya terhadap invasi Moskow belumlah diluncurkan.

"Saya ingin bilang bahwa pasukan utama kami belum terlibat dalam pertempuran, dan kami kini sedang mencari, menyelidiki titik-titik lemah pertahanan musuh," kata panglima angkatan darat Ukraina, Oleksandr Syrskyi.

Sementara itu, Jenderal Oleksandr Tarnavskyi, panglima "Tavria" Ukraina atau front selatan, mengungkapkan pasukannya mencapai kemajuan di sektor Tavria.

Tarnavskyi mengungkapkan pasukan Rusia sudah kehilangan ratusan nyawa dan 51 kendaraan militer dalam 24 jam terakhir, termasuk tiga tank dan 14 pengangkut personel lapis baja.

Sumber: ReutersBaca juga: Bos tentara bayaran Rusia sebut perang di Ukraina didasari kebohonganBaca juga: 5,000 narapidana Wagner Group diampuni setelah berperang di UkrainaBaca juga: Wagner Group rebut Bakhmut timur setelah serangan rudal Rusia

Penerjemah: Jafar M SidikEditor: Atman Ahdiat Copyright © ANTARA 2023

Warga lokal berjalan di depan kerumunan pasukan Wagner Group, tentara bayaran Rusia, di kota Rostov-on-Don, Sabtu (24/6/2023). Wagner melancarkan aksi kudeta terhadap pemerintahan Presiden Vladimir Putin.

Presiden Putin dan para petinggi militer Rusia mendapat kejutan yang tidak menyenangkan pada Sabtu pagi, 24 Juni 2023. Melalui video yang diunggah di kanal Telegram, pemimpin Wagner Group, Yevgeny Prighozhin, dengan emosional menyatakan akan bertempur melawan angkatan bersenjata Rusia. Ia menyebut tindakannya ini sebagai ”pembalasan” atas serangan terhadap sejumlah besar pasukan Wagner yang dituduhnya dilakukan oleh militer Rusia.

Bukan kali ini saja Prighozhin meluapkan kekecewaan kepada Moskwa. Pada 8 Juni 2023, Prighozhin mengeluhkan dukungan dari pasukan Rusia di garis depan yang makin rawan akibat serangan balik Ukraina. Menurut Prigozhin, militer Rusia harus mengirimkan 200.000 tentara tambahan saat ini untuk menahan laju serangan pasukan Ukraina. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, banyak tentara Rusia melarikan diri seiring bergeraknya gelombang tentara Ukraina yang maju ke posisi mereka.

Eskalasi Wagner Group ini tentu mengagetkan banyak pihak. Sebabnya, Wagner adalah salah satu aktor kunci di balik sejumlah kemenangan Rusia di medan perang Ukraina. Selama bertahun-tahun pasukan Wagner Group dilaporkan juga bertempur di sejumlah negara demi kepentingan Rusia.

Pembelotan Wagner dengan demikian menjadi sorotan mancanegara karena krisis keamanan yang ditimbulkannya. Apalagi, Wagner dikabarkan telah merebut Rostov-on-Don, salah satu kota penting di selatan Rusia. Konvoi kendaraan bersenjata Wagner juga diberitakan terlihat di berbagai titik lain di Rusia. Pasukan Wagner mengancam akan berbaris menuju Moskwa dalam waktu dekat.

Pasukan Wagner Group, tentara bayaran Rusia, menguasai kota Rostov-on-Don, Sabtu (24/6/2023). Wagner melancarkan aksi kudeta terhadap pemerintahan Presiden Vladimir Putin.

Namun, belum genap sehari aksi pemberontakan ini berlangsung, Prigozhin kemudian mengumumkan akan menarik kembali seluruh pasukannya ke kamp mereka di Ukraina. Hal ini dilakukannya untuk mencegah pertumpahan darah yang lebih besar. Presiden Belarusia Alexander Lukashenko disebutkan ada di balik keputusan dramatis Prigozhin setelah mengadakan negosiasi dengannya.

Wagner Group adalah sebuah jaringan perusahaan militer swasta asal Rusia. Semula Wagner diduga didirikan oleh seorang veteran pasukan spesial Rusia, Dmitry Utkin (Kompas, 18/2/2018). Namun, setelah menyangkal selama bertahun-tahun, pada September 2022 Prigozhin akhirnya mengakui bahwa ialah yang mendirikan Wagner Group sejak 1 Mei 2014 (Reuters, 26/9/2022).

Sosok Prigozhin sendiri adalah orang dekat Presiden Putin. Melansir dari Al Jazeera, Prigozhin mulanya adalah seorang bekas narapidana yang pernah menjual hotdog di pinggir jalan. Kini, ia adalah pemilik sebuah perusahaan katering besar yang dikontrak untuk menyediakan makanan bagi pemerintah dan pasukan militer Rusia. Perusahaan kateringnya juga kerap dipakai untuk memenuhi kebutuhan jamuan presiden dengan tamu negara. Alhasil, ia kerap dijuluki sebagai ”Putin’s chef”.

Relasi antara Wagner dan Rusia terbilang cukup kompleks. Laporan dari Peneliti Senior Konsil Luar Negeri Jerman, Adras Racz, Wagner Group tidak teregistrasi di Rusia dan di negara lain sehingga menjadikannya tidak eksis secara de yure. Hukum di Rusia hingga saat ini juga melarang adanya perusahaan militer swasta. Meski demikian, pada Desember 2022 Wagner Group didaftarkan sebagai sebuah entitas legal sebagai perusahaan konsultan dan membuka sebuah kantor pusat yang megah di St Petersburg, Rusia.

Seorang tentara Wagner Group, militer bayaran Rusia, bersiaga saat menguasai kota Rostov-on-Don, Sabtu (24/6/2023). Presiden Vladimir Putin menyebut kudeta militer oleh Wagner merupakan tikaman dari belakang terhadap pemerintahannya.

Meski tidak diakui secara resmi, jejak Wagner tak pernah bisa dilepaskan dari aksi militer Rusia selama satu dekade belakangan. Kiprah Wagner di medan pertempuran dimulai sejak 2014 pada babak awal invasi Rusia ke Ukraina. Laporan Congressional Research Service (CRS) menyebutkan, Wagner berpartisipasi dalam pencaplokan Semenanjung Crimea. Wagner juga kemudian melancarkan operasi-operasi yang mendukung pasukan separatis pro-Rusia di timur Ukraina.

Selanjutnya, Wagner mulai aktif di negara-negara lain, terutama di benua Afrika dan Timur Tengah. Laporan Al Jazeera menyebutkan, pasukan Wagner ada di Suriah, Libya, Mali, Republik Afrika Tengah, Sudan, Mozambik, dan Madagaskar. Sebagian besar negara-negara ini memiliki kaitan erat dengan kebijakan diplomatik Rusia.

Wagner setidaknya terlibat dalam dua perang sipil. Pertama, pada perang sipil di Suriah dan selanjutnya pada perang sipil Libya. Pada 2015, Wagner diterjunkan untuk membantu rezim Bashar al-Assad. Diketahui sebelumnya bahwa Assad adalah sekutu dekat Putin. Kremlin pun akhirnya menerjunkan pasukannya secara langsung ke Suriah tak lama setelah Wagner masuk. Di Libya, keterlibatan Wagner sejak 2019 dalam perang sipil melawan pemerintahan Fayez Sarraj dipandang sebagai bagian perluasan pengaruh Rusia di Afrika Utara dan Timur Tengah (Kompas, 2/6/2020).

Pasukan paramiliter Wagner mengibarkan bendera Rusia setelah berhasil menaklukkan Kota Bakhmut, Ukraina, Selasa (20/5/2023).

Selain terlibat aktif dalam pertempuran, Wagner Group juga kerap memberikan jasa keamanan dan pelatihan. Lembaga Council on Foreign Relations melaporkan bahwa Wagner direkrut untuk memberikan pelatihan kepada pasukan Sudan dan memberikan perlindungan bagi Presiden Sudan Omar al-Bashir sejak 2017.

Hal serupa juga dilakukan Wagner di Republik Afrika Tengah dan Mali. Melalui kontrak-kontrak inilah Wagner diduga mendapatkan konsesi atas sumber daya alam yang digunakannya sebagai aliran dana utama mereka.

Memasuki 2022, Wagner semakin menunjukkan kemampuannya di medan pertempuran skala besar. Pasukan Wagner telah aktif terlibat dalam invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022. Nama Wagner semakin berkibar melalui pertempuran di Bakhmut, Ukraina.

Pada akhir Mei 2023, Wagner mengklaim telah merebut Bakhmut dari tangan pasukan Ukraina setelah bertempur selama berbulan-bulan. Namun, kemenangan tersebut menelan banyak kerugian bagi Wagner. Diperkirakan 20.000-30.000 pasukan Wagner tewas selama pertempuran tersebut berlangsung (AP, 25/5/2023).

Peta lokasi kota Rostov, Rusia, tempat pasukan tentara bayaran Wagner melancarkan pemberontakan terhadap Moskwa, Sabtu (24/6/20203).

Meski demikian, Wagner tidak hanya dikenal karena mampu memenangi pertempuran. Mereka juga disorot atas berbagai kekejaman dan kejahatan perang di berbagai tempat mereka beroperasi. Pada 2021, Wagner digugat terkait kasus pemenggalan kepala seorang warga Suriah tahun 2017 (Kompas, 16/3/2021). Kemudian, pada Oktober 2021, PBB melaporkan bahwa Wagner melakukan pemerkosaan dan kekerasan seksual di Republik Afrika Tengah. Wagner juga diduga berada di balik pembantaian di Bucha, Ukraina, pada Maret 2022.

Dunia internasional sejatinya telah membuat aturan yang melarang pasukan bayaran melalui Konvensi Geneva 1949 dan Konvensi Internasional 1989. Namun, Wagner membuktikan mereka bisa hidup dan berkembang di ranah abu-abu. Berawal dari 5.000 prajurit paramiliter berskala kecil pada 2014, Wagner telah menjelma menjadi pasukan dengan anggota sekitar 50.000 orang dengan alat tempur lengkap pada 2023.

Baca juga: Serangan Lintas Batas Ukraina Mulai Berpengaruh Mendikte Rusia

Ketidakmampuan PBB dalam menjaga perdamaian dunia ditengarai turut mendorong terciptanya kebutuhan atas jasa penyedia keamanan swasta seperti Wagner (Kompas, 26/5/2023). Tanpa adanya keharusan untuk mengakui mereka, sejumlah negara pun memanfaatkan mereka untuk menyelesaikan berbagai kepentingan secara diam-diam. Namun, eksistensi mereka di ranah abu-abu menjadikan mereka sulit dimintai pertanggungjawaban atas tindakan kejahatan yang mereka lakukan.

Terlepas dari semua itu, pembelotan yang dilakukan Wagner turut menunjukkan tidak pernah ada jaminan bahwa sekelompok prajurit bayaran akan selalu menuruti tuannya. (LITBANG KOMPAS)

Baca juga: Spirit Moral Warga Rusia Melemah Menyikapi Hasil Perang

Sejarah Wagner Group

Wagner Group, yang dalam bahasa Rusia adalah Gruppa Vagnera, secara resmi dikenal sebagai Wagner PMC [Private Military Company/Perusahaan Militer Swasta].

Ia adalah organisasi paramiliter yang didanai negara Rusia. Sebagai tentara swasta secara

, kelompok ini sejatinya beroperasi di luar hukum di Rusia karena undang-undang Rusia melarang adanya perusahaan militer swasta.

Wagner Group terindikasi digunakan sebagai wakil oleh pemerintah Rusia, memungkinkan negara Rusia untuk memiliki penyangkalan masuk akal untuk operasi militer di luar negeri, dan memungkinkan untuk menyembunyikan korban sebenarnya dari intervensi asing Rusia.

Kelompok ini menggunakan infrastruktur Angkatan Bersenjata Rusia dan awalnya secara rahasia didanai oleh negara, meski Presiden Vladimir Putin—usai pemberontakan Wagner—blakblakan bahwa negara mendanai kelompok tersebut setidaknya hingga tahun 2023.

Tentara bayaran ini didirikan pada tahun 2014 oleh mantan pejabat GRU [badan intelijen Rusia] Dmitry Utkin dan pengusaha katering Yevgeny Prigozhin.

Kelompok ini menjadi terkenal selama Perang Donbas di Ukraina, di mana mereka membantu pasukan separatis pro-Rusia dari 2014 hingga 2015.

Di luar konflik Ukraina, kelompok ini dilaporkan mengambil bagian dalam konflik di seluruh dunia, termasuk perang saudara di Suriah, Libya, Republik Afrika Tengah dan Mali.

Negara Sumber Uang Bos Wagner Group

Wagner Group telah jadi pasukan andalan Rusia dalam perang melawan Ukraina di Bakhmut.

Namun selain berperang untuk Rusia, kelompok tentara bayaran ini juga menjalankan bisnis pengamanan di berbagai negara--yang tentunya menghasilkan banyak uang untuk mereka.

, Selasa (27/6/2023), berikut empat negara yang jadi sumber uang utama Wagner Group.

tirto.id - Benua Afrika tidak satu suara dalam menyikapi invasi Rusia ke Ukraina. Hanya 28 negara yang menyatakan mengutuk tindakan tersebut dalam resolusi Majelis Umum PBB yang dikeluarkan awal Maret silam. Sebanyak 17 negara memutuskan abstain (termasuk Afrika Selatan) atau hampir sepertiga dari anggota Uni Afrika; 8 tidak memberikan suara; dan 1 menyatakan menolak (Eritrea, selama ini disorot karena memiliki riwayat represi dan penindasan HAM).

Olayinka Ajala, pengajar hubungan internasional di Leeds Beckett University, menulis di The Conversation bahwa ketergantungan terhadap Rusia di sektor keamanan, pertahanan, dan militer adalah salah satu alasan mengapa banyak negara di Afrika diam.

Stockholm International Peace Research Institute mencatat Rusia menjadi penyuplai senjata terbanyak di Afrika sepanjang 2017 hingga 2021. Kontribusinya mencapai 44 persen dari total impor senjata. Sementara kerja sama militer yang telah terjalin antara 2014 sampai 2018 sedikitnya berjumlah 19.

Selama ini kemitraan dengan Rusia sangat bermanfaat bagi banyak negara Afrika untuk meredam berbagai berbagai gerakan dan pemberontakan. Nigeria menggunakan senjata dan pelatihan dari Rusia dari kerja sama tahun lalu untuk memerangi militan islamis Boko Haram dan grup Negara Islam dari Afrika Tengah. Sementara Etiopia yang juga menjalin kerja sama tahun lalu memakainya untuk menghadapi konflik dengan pemberontak dari kawasan Tigray.

Beberapa aliansi militer Rusia-Afrika bisa dikatakan relatif mapan karena sudah dibangun sedari era Perang Dingin, persisnya sejak dekade 1960-70. Pada masa itu Uni Soviet banyak memberikan dukungan politik, senjata, sampai pelatihan militer kepada kelompok dan pemerintahan marxis di Afrika.

Perang Ukraina: Kepala tentara bayaran Wagner tinggalkan Rusia setelah hentikan konvoi ke Moskow

Sumber gambar, Reuters

Diperbarui 25 Juni 2023

Pasukan tentara bayaran Wagner dilaporkan mulai meninggalkan Kota Rostov-on-Don dan tak lagi bergerak menuju Moskow, kurang dari 24 jam setelah upaya pemberontakan.

Pimpinan kelompok tersebut, Yevgeny Prigozhin, mengatakan telah menginstruksikan kepada seluruh anak buahnya untuk kembali ke Ukraina guna menghindari pertumpahan darah.

Prigozhin sendiri bakal pindah ke negara tetangga Belarus. Adapun dakwaan terhadapnya dan pasukannya akan dibatalkan, lapor media pemerintah Rusia.

Semula kelompok tentara bayaran Wagner dilaporkan mengambil alih komando militer regional dan merebut fasilitas militer Rusia di Voronezh, kota lain di utara, menuju Moskow.

Pergerakan kelompok tersebut mendorong Kremlin untuk memberlakukan keamanan ketat di banyak wilayah, termasuk Moskow. Bahkan walikota ibu kota telah mengimbau penduduk untuk menghindari bepergian.

Ada juga peringatan bahwa ribuan pasukan elite Chechnya sedang menuju ke Moskow untuk melawan tentara Wagner, jika diperlukan.

Akan tetapi, kondisi darurat ini tiba-tiba mereda pada Sabtu (24/06) malam, setelah pemimpin Belarus, Alexander Lukashenko, mengadakan pembicaraan dengan Prigozhin, menurut stasiun televisi Rossiya 24.

Beberapa jam kemudian, muncul video yang menunjukkan pasukan Wagner meninggalkan Rostov dan pemimpin mereka diantar dengan diiringi sorak-sorai serta jabat tangan pendukung.

Sumber gambar, Reuters

• Kepala kelompok tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, melontarkan kata-kata makian yang menyalahkan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, atas perang di Ukraina. Prigozhin mengklaim Shoigu melakukannya untuk mendapatkan penghargaan militer.

• Prigozhin kemudian bersumpah untuk "berkonvoi demi keadilan" dan menuduh Kremlin menyerang pasukannya dengan serangan misil pada Jumat (23/06).

• Keamanan ditingkatkan di Moskow Jumat malam setelah Prigozhin menyerukan pemberontakan bersenjata.

• Prigozhin menyatakan 25.000 pasukannya telah melintasi perbatasan dari Ukraina pada dini hari.

• Wali Kota Moskow mengumumkan langkah-langkah anti-teroris diambil untuk memperkuat keamanan dan di Rostov-on-Don, dekat perbatasan Ukraina, penduduk disuruh tetap di rumah.

• Sesaat sebelum pukul 06:00 BST muncul video online yang memperlihatkan Prigozhin di dalam markas militer Rusia selatan.

• Presiden Rusia Vladimir Putin mencela "petualangan kriminal" dan memperingatkan hukuman dalam pidato TV sekitar pukul 08:00.

• Sepanjang hari, pasukan Wagner bergerak di jalan tol M4 menuju Moskow, termasuk merebut fasilitas militer di Voronezh.

• Tepat sebelum pukul 18:30, Prigozhin mengatakan di saluran Telegramnya bahwa dia telah setuju untuk "menghentikan" pergerakan pasukannya.

• Belarus mengungkapkan pemimpinnya, Alexander Lukashenko, telah mengadakan pembicaraan dengan Prigozhin, dan Putin telah menyetujui pembicaraan tersebut

• Sekitar pukul 21:00 media pemerintah Rusia melaporkan bahwa Prigozhin akan berangkat ke Belarus. Adapun tuntutan pidana terhadapnya dan pasukannya akan dicabut.

Sumber gambar, Reuters

Menguak Habis Apa Itu Wagner Group

Proksi Kremlin: Tentara Bayaran Wagner

Relasi Rusia-Afrika tidak terbatas di level pemerintahan saja. Sejumlah rezim juga menyewa tentara bayaran milik jaringan kontraktor swasta Rusia. Salah satu yang kerap disebut adalah Wagner Group.

Meskipun terdengar seperti nama perusahaan yang valid, organisasi ini sebenarnya tidak eksis secara hukum. Pasalnya, konstitusi Rusia melarang segala bisnis yang menawarkan jasa tentara bayaran atau Private Military Company (PMC).

Wagner pertama kali beroperasi saat Rusia menganeksasi Krimea pada 2014 silam. Mereka dikirim ke Donbas, kawasan timur Ukraina, untuk mendukung kelompok separatis dalam memerangi pasukan nasional Ukraina. Wilayah tersebut kini sudah menjadi Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk—dan tentu saja diakui Kremlin.

Setahun kemudian Wagner berekspansi ke Suriah sampai akhirnya meluber ke negara Afrika lain.

Menurut The Economist, setidaknya sepuluh ribu laki-laki pernah bekerja untuk Wagner. Mereka yang direkrut biasanya meliputi “kalangan profesional perang”, pengangguran, atau seorang romantis yang ingin mengabdi pada negara, demikian pengakuan seorang eks-tentara Wagner kepada BBC. Bayarannya bisa dibilang lumayan. Untuk misi di Afrika, misalnya, para tentara bayaran bisa mengantongi sampai 4.000 dolar AS (sekitar Rp57 juta) per bulan.

Berbagai laporan menyebut Wagner didirikan dan dipimpin oleh Dmitry Utkin, veteran Perang Chechen yang bekerja untuk GRU, unit intelijen militer Rusia, sampai 2013. Utkin diduga menamai jaringan organisasinya “Wagner” karena terinspirasi dari komponis favorit Adolf Hitler, Richard Wagner (ia juga merajam tubuhnya dengan tato simbol Nazi).

Namun, menurut tim investigasi Bellingcat, belum ada kesimpulan final bahwa Utkin memang aktor utama di balik Wagner. Mereka mengatakan tidak menutup kemungkinan Utkin sengaja dijadikan umpan atau tameng oleh pihak lain yang lebih berkuasa di pemerintahan.

Utkin terakhir kali terlihat di publik pada 2016 ketika menerima penghargaan Order of Courage berkat perannya di timur Ukraina dan Suriah. Kehadiran Utkin dan wakilnya, Andrei Troshev, dilaporkan oleh jurnalis Novaya Gazeta Denis Korotkov.

Korotkov adalah orang yang sejak 2020 menghadapi tuntutan dari otoritas Rusia karena dituding ikut gerakan Negara Islam. Disinyalir itu hanya kriminalisasi karena dia dikenal luas tengah berupaya menelusuri kaitan antara Wagner dengan miliuner pengusaha katering yang dekat dengan Kremlin dan mantan kriminal-rampok, Yevgeny Prigozhin. Prigozhin pernah mendekam di penjara selama nyaris satu dekade sebelum memutuskan berkecimpung di bisnis kuliner pada dekade 1990-an.

Restoran Prigozhin sering dikunjungi oleh Vladimir Putin pada masa awal menjabat sebagai presiden. Karena terikat kontrak katering acara-acara besar di Kremlin, Prigozhin dikenal dengan nama panggilan “kokinya Putin”.

Di samping itu, Prigozhin juga dikenal sebagai orang suruhan Putin untuk melakukan pekerjaan “kotor”. Salah satunya disebut-sebut membiayai Badan Riset Internet alias “pabrik troll” di media sosial yang ikut campur tangan dalam politik domestik Amerika Serikat, termasuk saat pemilu presiden 2016 dan pemilu interim 2018. Hal ini membuatnya dijatuhi sanksi oleh otoritas AS.

Departemen Keuangan AS menyebut Prigozhin terlibat dalam eksploitasi sumber daya alam di sektor pertambangan mineral di Sudan. Prigozhin juga dilaporkan punya hubungan dengan perusahaan tambang, keamanan, dan logistik di Republik Afrika Tengah yang segala operasionalnya dikelola oleh Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan Rusia.

Selain itu, nama Prigozhin juga disinggung dalam kesepakatan minyak dan gas antara perusahaan Rusia, Evro Polis, dan pemerintah Suriah. Kerja sama ini disepakati tak lama sebelum tentara bayaran Wagner dikirim untuk berperang melawan pasukan AS di provinsi kaya minyak dan gas, Deir ez-Zor, pada 2018.

Selain disanksi karena mengintervensi politik domestik, ia juga dihukum karena diyakini merupakan manajer sekaligus penyandang dana operasi-operasi Wagner di luar negeri sembari memupuk kekayaan dari sana.

Menurut temuan German Council on Foreign Relations, markas Wagner dikontrol oleh GRU. Beberapa operasi Wagner juga menggunakan pesawat milik Kementerian Pertahanan. Bahkan, tentara-tentara Wagner yang terluka—misalnya dalam pertempuran Deir ez-Zor di Suriah—dievakuasi di rumah sakit militer Rusia. Tak hanya itu, paspor tentara Wagner juga diterbitkan oleh kantor cabang khusus yang biasa menangani dokumen untuk orang-orang Kementerian Pertahanan.

Atas dasar itu semua, András Rácz dari German Council on Foreign Relations mengatakan alih-alih perusahaan swasta yang menyediakan jasa keamanan biasa, Wagner lebih tepat disebut sebagai “organisasi proksi” yang menyokong kepentingan pemerintah Rusia.

Sementara Candace Rondeaux dari think tank New America mengungkapkan pada The Intercept bahwa Wagner merupakan “pisau tentara Swiss serbaguna” yang bisa dipakai untuk kepentingan perang gerilya bahkan perang psikologis. Rondeaux juga menyebut tujuan sekunder Wagner tak lain untuk “menciptakan kesan bahwa Rusia bisa memproyeksikan dirinya secara militer di mana saja di penjuru dunia.”